Header Ads

Menyentuh Karya2 Imam Bonjol Tentang Kehidupan dan Agama Part II

loading...
loading...


Diantara usaha-usaha Tuanku Imam jang sangat penting pula, jang kelak mendjadi sendi atau jang mendorongkan semangat penduduk untuk menghadapi peperangan dengan tak usah takut-takut akan mati, ialah dengan mengembangkan kepada penduduk negeri seluas-luasnja apa artinja perang "sabil” dan apa artinja "mati sjahid” menurut agama Islam.


Dibawah ini disalin beberapa buah karangan beliau dan disadur menurut logat dan bahasa Indonesia sekarang:

"Ketahuilah bahwa kehidupan manusia semendjak ia dilahirkan kedunia, sampai kepada achir hajatnja, adalah bajang-bajang semata-mata. Hidup diatas dunia ini adalah seperti. orang menumpang sadja, apabila tiba saatnja mesti pulang ketempat asalnja atau kenegeri jang kekal (Kampung-achirat). Orang jang mendapat bahagia diachirat ialah orang jang mempertahankan agama dan negerinja dari serangan musuh sampai tiwas njawanja jaitu jang dinamai ,,mati sjahid”, artinja Sjorga Djannatun Na’in telah menantinja”.



Selandjutnja dibawah ini disadjikan tentang kehidupan manusia: ,,Sesungguhnja kehidupan manusia itu sia-sia sadja; tiada ada ubahnja dengan kabut pagi hari, jang sebentar kelihatan, sesudah itu lenjap dari pemandangan!

Tiada ada ubahnja keadaan kehidupan manusia itu seperti bajangan alam jang ada pada air sungai, tasik atau laut. Bajangbajang manusia, bintang-bintang, binatang-binatang, semuanja kelihatan pada permukaan air. Datang jang satu, pergi jang lain; selalu berganti-ganti sadja sedjak mulai dari terdjadinja alam sampai hari kiamat; suatu djuapun tidak ada jang tetap. Hanja air itu tiada berubah keadaan dan sifatnja. Seperti bajang-bajang jang ada pada air itulah kehidupan manusia diatas dunia ini. Satu keturunan manusia lenjap, timbul pula satu keturunan manusia jang baru untuk gantinja; hanja muka bumi ini sadja jang tetap.

Keadaan manusia menumpang diatas dunia ini boleh disamakan nasibnja dengan daun-daun, jang ada pada pohon-pohon kaju. Setiap waktu dan hari ada daun itu jang djatuh, sebab tuanja atau binasa, dan berganti dengan putjuk atau daun muda. Tetapi pohon itu tetap tiada berganti-gant.

Tiap-tiap keturunan manusia itu penuh dengan kegembiraan dan pengharapan waktu mulai mengindjak muka bumi ini. Berapa banjaknja tjita-tjita jang timbul, berapa pula banjaknja .maksud jang dirantjang. Tetapi apabila manusia itu sudah landjut umurnja dan sudah dekat kepintu kubur, timbullah bagi kebanjakannja kesabaran dan kerelaan. Bagi pemudapemuda dunia ini baru, gilang gemilang, bagus, indah, permai dan sangat berharga; tetapi bagi orang jang sudah merasai pahit dan manisnja kehidupan, dunia ini menurut perasaannja sudah tua, sudah rusak, tiada bagus, tiada indah dan tiada berharga lagi.


Mari kita perhatikan pula keadaan alam! Matahari terbit dan terbenam setiap hari, setiap bulan, setiap tahun, dari zaman kezaman. Semuanja jang ada didalam alam ini berubah dan bertukar serta berputar-putar. Tiada ada ubahnja dengan perdjalanan dari djarum djam. Djarum itu selalu berputar berkeliling; Sesudah sampai sekeliling, mulai lagi pada tempat jang bermula. Tiada puas-puasnja mata memandang; tiada djemu-djemunja telinga mendengar segala ' pergerakan dan perputaran jang terdjadi didalam alam ini!


Segalajang tersebut itu tiada memberi kegembiraan, melainkan menerbitkan kesedihan dan kedjemuan. Sungguhpun demikian djanganlah bersangka, bahwa kehidupan manusia itu penuh dengan keSedihan sadja, melainkan selalu silih berganti dengan indahnja alam itu dipandang mata. T iap-tiap waktu matahari akan terbit dan terbenam kelihatanlah fadjar dan tjahajanja sendja, jang kuning kemerahan itu. Awan jang berarak-arak dilangit, lembah jang terhampar seperti permadani hidjau, puntjak gunung jang diliputi awan hutan rimba, padang jang luas, sungai, tasik, danau dan laut jang berombak; pendeknja alam memberi pemandangan dan pendengaran jang seindah-indahnja. Tiap-tiap jang hidup berkehendak kepada kesempurnaan; tetapi baru sadja hampir tertjapai kesempurnaan itu, kenjataan pula ada kekurangan, sehingga jang disangka sempurna mulanja itu, jang sebenarnja tidak sempurna. Sungguhpun kesempurnaan itu didunia ini tidak akan tertjapai, manusia terpaksa djuga untuk djangan diam, melainkan bergerak selalu, supaja ada hiburan didalam kehidupan”.

Sumber :Tuanku Imam Bonjol Oleh Darwis Datuak Majo Lelo, Djambatan , 1951

loading...

No comments