Header Ads

Inilah Enam pahlawan perang tuak/ Paderi (Perang Tuak V habis)

loading...
loading...




Pahlawan  pertama
Abdul Jalil Rajo Adat di Buo..
Kaum Abdul Jalil ialah kaum Rajo Adat di Buo.. Dia pewaris dan telah dilewakan sebagai Rajo Adat Minangkabau berkedudukan di Buo.. Lahir lk 1783 M Sewaktu Thomas Diaz sampai ke pusat Minangkabau (1683 M), dia  hanya sampai istana Rajo Adat di Buo tersebut.. Bapaknya kaum dari Kesulthanan Minangkabau Pagaruyung, saudara lain paruit dari Muningsyah III.. Isterinya adalah anak satu satunya dari saudara perempuan Muningsyah III. Menurut adat Minangkabau mertua Abdul Jalil adalah Bundo Kanduang Minangkabau.. Semenjak mertuanya itu meninggal pewaris Sulthan Minangkabau satu satunya ialah Puti Reno Aluih isterinya Abdul Jalil.. Puti Reno Aluih adalah penghuni istana Silinduang Bulan.
Bagagarsyah juga anggota kaum Muningsyah III lain Paruit.. Hubungan perkauman bapak Abdul Jalil dengan Muningsyah III lebih kurang sama dengan  hungan perkauman Bagagarsyah dengan Muningsyah III..
Jika Muningsyah meninggal satu satunya pewaris syah (kaum Muningsyah yang patut diangkat) sebagai Sulthan ialah Puti Reno Aluih isterinya Abdul Jalil.. Abdul Jalil berpendidikan agama yang tinggi.. Oleh kaumnya sebelum dia dilewakan sebagai Rajo Adat, dia telah digelari Tuanku Buo.. Karena disetiap hari jumlah shalat sunatnya banyak dia digelari “Tuanku Sembahyang”.. Gelar itulah yang banyak dipakai orang untuk memanggilnya.. Di Buo dia mempunyai surau kaum dia mengajar agama disuraunya itu..
Tahun 1224 H (1805 M) Tuanku Nan Renceh menemui Tuanku Buo.. Beliau menyampaikan, apakah tuak, candu, santo dan judi itu tidak dilarang menurut adat kita, tidak haram menurut agama kita.. Jawab Tuanku Buo, dilarang keras menurut adat kita dan haram menurut agama kita..  Kenapa sekarang banyak betul masyarakat kita berdagang barang haram tersebut membawanya dari pasisia ka darek nangko.. Kita penanggung jawabnya kepada Allah.. Apakah itu akan tetap kita biarkan.. Kami di Agam telah sering melakukan pertemuan, diantara orang terkemuka diantara kami, seperti Tuanku Nan Tuo di Koto Tuo dan Tuanku Cangkiang, tokoh tokoh Tharikat Sattariah.. Mereka keberatan menumpas tuak, candu, santo dan judi itu.. Mereka berpendapat, kita tak harus mengikutinya tapi, biarlah perbuatan itu menjadi tanggung jawabnya kepada Allah.. Kami mengusulkan pimpinan tertinggi Minangkabau, Rajo Alam, atau, Rajo Adat atau Rajo Ibadat perlu membuat ketetapan untuk menumpasnya.. Kesepakatan  masyarakat juga tidak kurang pentingnya..
Tahun 1807 M lk 2 tahun setelah pertemuan  Tuanku Nan  Renceh dan Tuanku Buo, Tuanku Nan Renceh  mengumumkan pelarangan membawa, menyimpan dan memakai tuak, candu samto dan berbuat judi..
Berbarengan dengan pengumuman Tuanku nan Renceh, Rajo Adat di Buo mengumumkan perang terhadap tuak, candu, santo dan judi, perang terhadap pemakai dan pembawanya.. Perang ini  beliau sebut “Perang Tuak”.. Perang dengan Belanda yang pembawa tuak, candu, santu dan judi juga dinamai orang Minangkabau Perang Tuak.. Seruan Rajo Adat ini menggema keseluruh Minangkabau, sampai ke Barus, Sidempuan, Pasir Pangaraian,  Indro Puro dan Taluak Kuantan.. Dimana mana orang merazia dan membinasakan tuak, candu, santo dan menghentikan judi..
Tahun 1805 M Tuanku Nan Renceh menghubungi H. Sumaniak, H Piobang dan H. Miskin yang baru pulang dari Mekah untuk membuat sekolah perwira, untuk melatih orang berperang sesuai ilmu yang didapatnya dari pasukan Turki.. Tahun 1807 M Rajo Adat di Buo menyeru seluruh masyarakat meningkatkan pendidikan agama melatih anak kemenakan menjadi prajurit membela Negara dan Agama.. Disetiap surau kaum, surau Kampuang, surau Jorong dan surau Nagari dilakukan latihan bela diri dan ilmu pengetahuan taktik dan strategi perang.. Seruan Rajo Adat ini juga disambut masyarakat dengan serius.. Dimana mana disetiap surau didapati masyarakat melatih anak kamanakan ilmu silat dan perang..
Masyarakat Minangkabau yang terlibat perdagangan barang haram ini mulai takut pulang kampong banyak mereka yang menetap di Padang..  Cukong cukong candu menjadi sangat marah, dia menurunkan biaya untuk antisipasi nya.. Inggeris yang berkuasa waktu itu tidak mau melibatkan diri..

Sesuai dengan kesepakatan London, 1819 M Inggeris menyerahkan seluruh kekuasaannya di Sumatra kepada Belanda.. Kelompok pedagang tuak yang dipimpin Bagagarsyah minta bantuan Belanda dengan ucapan, saya pewaris Sulthan Minangkabau, kamu ulama telah melakukan pemberontakan terhadappemerintahan Mianangkabu yang syah.. Kami mohon Belanda membantu kami akan kami sediakan tenaga bantuan dan biaya..   Belanda turun tangan membantu mereka.. Mulanya Belanda beranggapan dengan 500 orang pasukan terlatih 5 pucuk meriam Tuanku Buo dengan gerakan anti tuaknya telah binasa.. Belanda menamakan ekpedisinya ini memerangi kaum ulama  atau Perang Paderi..      
Maret 1822 M Pasukan Belanda menuju Buo melalui Sitangkai.. Di Atar pasukan Belanda dipukul mundur oleh Tuanku Buo.. Belanda ber pos di guguk Cino.. Pertahanan Tuanku Buo di Atar tak pernah tertembus oleh Belanda.. Belanda menambah jumlah pasukan regulernya dengan 600 orang dan 6 pucuk meriam..
April 1824 M Belanda menyerang Buo melalui Pato Marapalam.. Pasukan Belanda dikalahkan Tuanku Buo.. 
Perjanjian damai oktober 1825 hampir gagal Karena utusan Minangkabau bersikeras tentang perdagangan tuak, candu santo dan judi harus dihabisi, semua pelaku pemakai dan yang memperdagangkannya harus dihukum.. Akhirnya utusan Minangkabau mengalah setelah diyakin kan  De Steur akan menaikan pajak akan mengaturnya dan akhirnya mencabut perdagangan tuak, candu, santo dan judi dengan Undang Undang.. 15.11.1825 Pejanjian damai ditanda tangani.. Beberapa bulan setelah itu, sesuai dengan janjinya De Steur menaikkan pajak minuman haram tersebut.. Enam orang Minangkabau termasuk Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Buo diberi tunjangan oleh Belanda sebesar 100 Gulden sebulan.. Uang itu diambil dari  kenaikan pajak tuak, candu, santo dan judi.. Tuanku Buo menolak menerima tunjangan itu..
Tahun 1828 M itu Muningsyah III mengundang limbago tinggi Kesulthanan melakukan sidang.. di Lubuak Jambi.. Dalam sidang beliau sampaikan, saya telah tua, Negara kita dalam keadaan kacau.. Kita tak mungkin pulang.. Istana Basa dan Silinduang bulan telah tiada telah dibakar oleh Belanda.. Kita berapat disini.. Jumlah anggota yang hadir tidak perlu memperhitungkan kworum.. Saya bertanya kepada yang tertua yaitu Rajo Ibadat di Sumpu Kuduih.. Bagaimana menurut adat kita, siapakah yang benar pewaris Sulthan Minangkabau menggantikan saya.. Rajo Ibadat menjelaskan, Daulat mempunyai seorang saudara perempuan bernama Puti Reno Bulan.. Puti Reno Bulan tidak mempunyai anak lelaki, hanya mempunyai seorang anak perempuan bernama Puti Reno Aluih, isteri Tuanku Buo.. Pewaris syah adalah anak Puti Reno Bulan yaitu Puti Reno Aluih.. Puti Reno Aluihlah yang patut dilewakan menjadi Sulthanah Minangkabau.. Karena dia seorang perempuan, jabatannya menunggu anaknya yang lelaki lahir diadakan perwalian kepada suaminya.. Dilewakan keduanya sebagai Sulthanah dan perwaliannya memimpin Minangkabau.. Ditanyakan kepada yang hadir.. Bagaimana pendapat Rajo Ibadat itu.. Yang hadir sependapat dengan itu.. Dilewakan Puti Reno Aluih sebagai Sulthanah dan Abdul Jalil sebagai perwaliannya..  Yang hadir serentak menyampaikan persetujuannya       

100 orang pasukan khusus jam dua malam kelam dalam hujan lebat tanggal 06.08.1831 diiringi oleh lebih seribu pasukan dan dua ribu relawan Minangkabau, menyerang bukit Pato Marapalam yang dipertahankan Tuanku Buo.. Puncak Pato Marapalam diduduki Belanda.. Pasukan Tuanku Buo kucar kacir.. Juli 1832 M 100 orang pasukan khusus tersebut mengulangi gebrakannya ke Lintau dan Buo.. Tuanku Lintau dapat mereka Bunuh dan Tuanku Buo meloloskan diri pindah ke Simalanggang.. Lintau dan Buo diduduki Belanda..
Atas inisiatif Tuanku Mansiangan dan Tuanku Nan Renceh setelah menghubungi dan mendapat restu dari Tuanku Imam Bonjol dan Tuanku Buo di Simalanggang, pada bulan Jumadil Akhit th 1248 H diadakan rapat besar pemuka masyarakat Minangkabau di Tandikek.. Didapat Kesepakatan pada hari Jum^at tgl 03 Sya^ban 1248 H jam 9.00 pagi diadakan serangan serentak.. Hampir seluruh Pos Belanda kecuali Fort Dekock, Fort Van Der Kapelen dan Amerongen yang tidak dapat diambil alih oleh orang Minangkabau..
17 Juni 1833 M Kamang diserang Belanda dari empat jurusan.. Satu dari pasukan itu dari Payakumbuh dibawah pimpinan De Quai, melalui Guguak dan Pandam Gadang.. Di Pandam Gadang menaiki bukit menuju Tarusan Kamang.. Di Simalanggang dihadang oleh pasukan Tuanku Buo dan Tuanku Nan Paik.. Terjadi pertempuran basosoh selama satu hari.. Pasukan Tuanku Buo kalah.. Tuanku Buo mengundurkan diri ke Lubuak Jantan Pangkalan Koto Baru..

Atas bantuakan  H Ismail pemuka Lb Jantan, Tuanku Buo menyerang Buo dan Lintau.. Beliau disambut masyarakat dengan senang hati.. Negeri itu beliau duduki beberapa hari.. Beliau dengan pasukan kembali ke Lubuak Jantan..

Mendengar berita Tuanku Buo pernah dilewakan oleh Muningsyah III sebagai perwalian Sulthanah Minangkabau.. Untuk membujuk hati masyarakat, sebaiknya Tuanku Buo diangkat menjadi Sulthan Minangkabau.. Belanda mengirim utusan ke Lubuak Jantan menyampaikan, sebaiknya Tuanku bekerja sama dengan kami Belanda, Tuanku akan dilewakan sebagai raja Minangkabau, Tuanku dibangunkan Istano Basa dan istano Silinduang Bulan pada tempatnya yang lama.. Kalau tuanku berkeinginan di Padang dibangunkan pula sebuah istana.. Tuanku akan diberi tunjangan 3000 Gulden sebulan.. Tuanku diberi biaya haji ke Mekah secukupnya... Tuanku biasa hidup senang beribadat kepada Allah, kenapa tuanku menyiksa diri berpindah hidup dari satu hutan kehutan lain dengan bersusah payah.. Jawab Tuanku Buo, biarlah saya hidup bersusah payah, dari pada rakyat hidup dbawah pengaruh tuak, candu, santo dan judi dan Belanda..
Karena tidak mempan bujukan sebulan setelah itu 18 Agustus 1833 M Belanda menyerang Lubuak Jantan.. Beliau menyingkir ke Air Hangat dan Air Hambar.. Disana beliau mengajarkan agama, dan melatih perang kepada masyarakat setempat.. Supaya pasukan Tuanku Buo jangan membesar Belanda menyusun pasukan segera menyerang Air Hangat dan Air Hambar.. Tuanku Buo menyinkir ke Muaro Lembu..
Pada umur 60 an tahun beliau mohon izin Pemeritah Belanda melalui daerahnya, ingin pergi berhaji ke Mekah..  Belanda tidak memberikan izin.. Pada umur hampir 80 tahun beliau minta izin Belanda untuk meninggal di Buo dimana beliau dilahirkan.. Belanda tidak member izin.. Beliau pindah ke Basrah.. Pada tahun 1879 M  umur 96 tahun  beliau wafat..  Dikuburkan pada kuburan raja raja Cirenti       
Tahun 1883 M Puti Reno Sumpu anak Tuanku Buo pulang ke Buo, kerumah Bakonya.. Dia berkunjung ke Pagaruyung melihat bekas kediaman ibunya di Silinduang bulan dan bekas Istana Basa istana   neneknya  Muningsyah III dan ibunya.. Kedatangan Puti Reno Sumpu disambut masyarakat secara diam diam dan sembunyi sebunyi.. Walaupun demikian diketahui juga oleh Belanda.. Utusan Belanda datang mnemui beliau ke Buo.. Belanda membujuk beliau agar kembali ke Silinduang bulan, Belanda berjanji akan membangunkan istana untuk beliau kembali..

 Untuknya dibangunkan istano Silinduang Bulan, istana Basa..  Istana Basa dipakai Belanda untuk memutuskan sesuatu tentang adat bersama Sulthan Minangkabau dibawah koordinasi Belanda.. DYD Sulthan sesudah itu adalah keturunan Puti Reno Sumpu dari garis matrilineal..  
Tuanku Buo terpilih sebagai tokoh no satu perang tuak dengan alasan dibawah ini..
Ø  Tuanku Buolah yang mengumumkan memerangi tuak, candu, santo dan judi..
Ø  Tuanku Buolah orang yang menyeru masyarakat meningkatkan pendidikan agama dan memasukan pendidikan bela dari dan latihan perang dalam pendidikan surau..
Ø  Tuankiu Buo orang yang paling banyak terlibat peperangan dengan Belanda..
Ø  Tuanku Buo pernah dibujuk  Belanda untuk menyerah kepada Belanda dengan dijanjikan gaji besar dibuatkan istana, namun beliau tetap menolaknya..
Ø  Tuanku Buo tidak pernah menyerah kepada Belanda sampai wafatnya..
Ø  Tunku Buo menolak pemberian tunjangan Belanda dimana lima orang lainnya menenrimanya..
 
  
Pahlawan  kedua               
Tuanku Nan Renceh di Kamang.
Tuanku Nan Renceh adalah tokoh pendiri gerakan penegak Undang Adat Nan Basandi Sarak anti tuak,candu, santo, judi dan anti Belanda.. Dia kumpulkan 8 orang tokoh tokoh Agam dia sebut harimau Agam nan Salapan.. Kedelapan tokoh ini bersama pengikutnya merazia pedagang pedagang dari pesisir, menyita tuak, candu, santo dan membinasakannya.. Mereka merazia semua perbuatan judi, menangkap semua pelakunya.. Gerakan Tuanku Nan Renceh menyebar ke sekeliling.. Tuanku Nan Cadiak di Nareh, Tuanku Mansiangan, Tuanku Rao  dan Tuanku Tambusai bergabung dngan Tuanku Nan Renceh.. Tuanku Nan Renceh melaporkan kegiatannya kepada Rajo Adat Minangkabau di Buo.. Rajo Adat menyatakan terima kasih dan hormatnya dan dukungan atas yang dilakukan Tuanku Nan Renceh..
Tahun 1803 M diresmikan oleh Tuanku Nan Renceh dengan dukungan Rajo Adat di Buo, berdasarkan Adat Minangkabau nan Basandi Sara’ yang tertera pada Undang Nan Salapan, menolak pemakaian dan perdagangan tuak, candu, santo dan judi beserta semua hal terkait dengan itu.. Rajo Adat menyeru agar seluruh Pucuak Adat dan Pemangku Adat mendukung nya.. 
Semenjak ini razia Tuak,candu, santo dan judi ditingkatkan.. 1805 M tiga orang Minangkabau bekas komandan pasukan komando Yanitsar Turki pulang dari Mekah.. Tuanku Nan Renceh menemui mereka itu.. 1807 Tuanku nan Renceh resmi membuka sekolah perwira, untuk melatih pemuka  kelompok pendukung ABS-SBK dan anti tuak menjadi seorang perwira..  
Abdullah Tuanku Nan Renceh meninggal 19 Juni 1833 dengan anak dan isterinya, dalam pertempuran basosoh sewaktu Belanda mengepung Kamang dari 4 jurusan.. Sewaktu pasukan Tuanku Nan renceh menghadapi pasukan Belanda yang dating dari Bukitinggi dan Baso dengan tak disangka, muncul paukan Belanda dari perbukitan arah Pandam Gadang.. Paukan Tuanku Nan renceh terjepit.. Tuanku Nan Renceh menemui ajalnya.. Kamang dikepung dengan jumlah pasukan regular Belanda lk 2000 orang dan 30 000 pasukan relawan pribumi yang terdiri dari pasukan Minangkabau, pasukan Jawa, pasukan Makasar dan pasukan Ambon dibawah pimpinan  Mayor Jenderal Ridder kelas III MWO Mayjen JC Reisz,.  Beliau dikuburkan di Bansa kampung beliau sendiri disamping ibunya tercinta Siti Rahmah..

Pahlawan  ke tiga
Tuanku Imam Bonjol.
Tuanku Imam Bonjol salah seoramg lulusan sekolah Perwira Kamang..  Oktober 1832 M seluruh Minangkabau telah didudduki Belanda, kecuali Payakumbuh utara dan Kamang yang masih tersisa.. Kapten De Quai berangkat ke Betawi melaporkan demikian..
 Setelah peristiwa 11 Januari 1833 M terjadi empat kali penyerangan sehingga Bonjol diduduki Belanda..
Penyerangan pertama  Mai 1834 M. Maret 1834 datang 1000 orang tambahan pasukan regular dari batalyon Salatiga.. Dengan 2000 pasukan regular ditambah 8000 pasukan relawan pribumi, Bonjol dikepung dari empat jurusan.. Dari arah selatan Palembayan, pasukan diberangkatkan dari Bukitinggi  dipimpin lansung oleh MWO BrigJen Reisz .. Dari Utara Lb Sikaping, pasukan didaratkan di Air Bangis dibawah pimpinan Mayor Euler.. Dari Timur Koto Tinggi, pasukan diberangkan dari Payakumbuh dibawah pimpinan Mayor De Quay.. Dari arah Barat Alahan Mati, pasukan diberangkatkan dari Tiku, dibawah pimpinan Kolonel Elout.. Ke empat pasukan itu tidak satupun yang sampai mendekati Bonjol.. Lk 500 orang pasukan regular yang tewas dan  luka berat.. 
Penyerangan ke dua, September 1835 M. Agustus 1835 datang 800 orang tambahan pasukan reguler dari Betawi.. Penyerangan di pusatkan dari arah Bukitinggi dan arah Utara Panti.. Pasukan Utara sangat diperlukan, jangan sampai Tuanku Tambusai membantu Tuanku Imam ke Bonjol.. Bonjol diserang dengan 2500 pasukan Reguler dan 13 000 orang relawan yang terdiri dari pasukan Jawa, Ambon, Makasar dan Minang.. Pasukan Belanda dapat di pukul mundur.. Serangan diplomasi oleh Francis sangat merugikan Tuanku Imam.. Banyak anggota pasukan Tuanku Imam yang mengalihkan kegiatannya menjadi pedagang dan petani walaupun tidak memihak Belanda..

Penyerangan ke tiga, Januari 1837 M. Dengan kegagalan peyerangan Bonjol ke dua  Pemerintah Betawi mengirim perwira intelejen mayor Stein Metzs dengan beberapa puluh anggotanya keperbatasan daerah Belanda dengan Tuanku Imam.. Hasil penelitian Stein Metsz menyimpulkan, dengan jumlah personel, persenjataan  dan pimpinan militer yang ada sekarang Belanda tidak akan mampu menaklukkan Bonjol..  Oktober 1836 Tuanku Tambusai melakukan penyerangan total seluruh pos Belanda di Pasaman utara.. Pos Panti dan beberapa lainnya dapat dikuasainya.. Gudang senjata dan brankas dapat mereka rampas.. Belanda mengirimkan 900 orang pasukan berikut beberapa pucuk meriam untuk mengokohkan kembali kedudukan Belanda di Pasaman utara..
 Oktober 1836 itu Vanden Bosch ditarik ke Belanda.. Dia melaporkan situasi Minangkabau.. Raja Belanda mengatakan dengan pengorbanan apapun Minangkabau harus dikuasai.. Jenderal (bintang empat) Coehius dengan 15 pucuk meriam besar dan 300 orang pasukan komando khusus, dikirim ke Minangkabau.. Maijen Cleeren ditarik ke Betawi.. 30 Januari 1837 M Jedral Coehius menyerang Bonjol dari dua jurusan.. Dari jurusan   utara dengan pasukan yang telah ada di Rao dan Panti ditambah 900 orang pasukan dari Padang.. Dari jurusan selatan 3500 orang pasukan regular ditambah 10 000 orang pasukan pribumi.. Pasukan dari utara hanya mencapai Durian Tinggi.. Penyerangan tetap menemui kegagalan..

Penyerangan ke empat Agustus 1837 M. Awal Agustus 1837 Bonjol diserang dari dua Jurusan dengan 5000 pasukan terdiri dari lk 1000 pasukan berkuda dan 1000 pasukan meriam, dipimpin langsung oleh jenderal (bintang 4) Coehius.. sampai tanggal 16 Agustus pagi masih terjadi pertempuran,sengit meriam Bonjol masih memuntahkan pelurunya.. Telah hampir dua jam meriam tuanku Imam tak berbunyi, pasukan Belanda dapat memasuki banteng Tuanku Imam..  Dalam banteng tak ditemukan satupun senjata, tak ditemukan satupun logistic.. Pasukan hilang tak berjejak.. Pasukan Belanda melakukan penyisiran kesekeliling, kedalam kampong  dan kedalam hutan,  juga tak diketemukan jejak.. Dengan meninggalkan sebagian pasukan, Belanda melanjutkan penyerangannya ke Pasaman utara menghadapi Tuanku Tanbusai.. Pasukan Tuanku Tambuasi mundur ke Pasir Pangaraian..
Jenderal Coehius menyerahkan kepada Francis untuk membujuk Tuanku Imam menyerah.. Keamanan dirinya dapat dijamin.. 18 November 1837 M Yuanku Imam diterima oleh Francis dan Stein Metzs dengan sangat ramah.. Beliau dibawa ke Padang, kepulau Pisang selanjutnya ke Betawi..  Ditempatkan di cj  Anjur, kemudian dipindahkan ke Ambon dan kemudian ke kampong Lutak Menado.. Meninggal disana tahun 1954 dalam umur 80 tahun..

Pahlawan  ke empat
Tuanku Mansiangan   
Tuanku Mansiangan adalah salah seorang yang tamat pendidikan perwira di Kamang.. Setelah menanda tangani perjanjian Masang, dalam keadaan damai Let kol Raaf menduduki Padang Panjang.. Tuanku Mansiangan mengumpulkan pasukannya, menyerang kedudukan Belanda.. Belanda dapat diusirnya kembali dari Padang Panjang.. Tuanku Mansiangan mengirim utusan ke Tuanku Imam di Bonjol menyampaikan perbuatan Belanda itu..
Bulan Desember 1832 M Tunku Mansiangan datang berkunjung ke Simalanggang menemui Tuanku Buo..  Beliau ingin mengadakan rapat untuk melakukan serangan serentak ke pos pos Belanda.. Beliau akan mengundang pemuka masyarakat mengatas namakan Tuanku Buo.. Tuanku Buo menyetujuinya.. Tuanku Buo berkata, “laksanakanlah katakanlah atas restu saya walaupun saya tidak dapat hadir dalam pertemuan itu.. Pertemuan dilakukan di Tandikek.. Hasil pertemuan,  akan melakukan serengan serentak pada hari Jum^at tanggal 3 Rajab 1248 H (bertepatan dengan 11 Januari 1833) jam 9.00 pagi.. Penyerangan diatur oleh pemuka setempat.. Peristiwa 11 Januari tersebut sangat fatal bagi Belanda.. Hampir seluruh pos kecil yang tidak berbenteng kuat didudiki kaum penegak ABS-SBK, atau kaum anti tuak, candu, santo, judi atau golongan anti Belanda.. Tuanku Mansiangan meninggal secara wajar dirumahnya sebelum tahun 1835 M..

Pahlawan  ke lima.
Tuanku Tambusai Pasir Pangiraian.
 Tuanku Tambusai adalah salah seorang yang tamat pendidikan perwira di Kamang..  Dia menegakkan ABS-SBK dan menggerakkan anti tuak, candu, santo dan judi di Nagarinya.. Didaerah pasir Pangiraian itu tidak benyak berkembang perdagangan tuak, candu, santo dan judi.. Barang itu masuk ke Pasir Pangiraian melalui Pasaman Utara /Rao.. Gerakan anti tuak, candu, santo dan judi diterima baik Tuanku Tambusai.. Dia bergabung dengan Tuanku Rao.. Setelah Tuanku Rao meninggal di Air Bangis sewaktu berperang dengan Belanda, kedudukan Tuanku Rao sebagai pimpinan gerakan anti tuak, candu, santo dan judi di Pasaman dijabat oleh Tuanku Tambusai..
Tuanku Tambusai selalu bekerja sama dengan Tuanku Imam Bonjol.. Setiap Belanda menyerang Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Tambusai ikut menyerang  Belanda dari utara..
Pada pertemuan Tandikek Tuanku Tambusi hadir.. Gerakan 3 Rajab 1248 H, Tuanku Tambusai dapat menduduki seluruh  pertahanan Belanda kecualai banteng Amerongen yang cukup kuat dan mendapat bantuan dari rajo Gadumbang..  
Tuanku Tambusai melakukan penyerangan pada seluruh pos pertahanan Belanda.. Benteng Panti yang mempunyai gudang senjata dan kas dapat diduduki Tuanku Tambusai..
Setelah Bonjol diduduki Belanda  November 1837 Tuangku Tambusai dikalahkan Belanda di Pasaman Utara.. Sewaktu banteng Dalu-dalu dihancurkan dan dibakar habis Belanda, tgl 18 Desember 1838 M pasukan Tuanku Tambusai menghilang kedalam hutan.. Tuanku Tambusai sampai di Negeri Sembilan Malaisia berdiam dikampong Rasah lk 15 km dari negeri Saremban.. Keturunannya masih ada sampai sekarang..


Pahlawan  ke enam
Tuanku Nan Cadiak Nareh
Tuanku Nan Cadiak salah seorang tamatan pendidikan perwira di Kamang.. Tuianku Nan Cadik adalah seorang ulama di Nareh Pariaman..
Nareh diserang Belanda juni 1831.. Pasukan Belanda dipukul mundur.. Juli 1831 Nareh diserang lagi dari arah Manggung.. Pasukan Belandda dipukul mundur.. Agustus 1831 disusul dengan penyerangan ketiga, dari arah Manggung dan arah laut dengan tembakan meriam kapal.. Nareh diduduki Belanda setelah dibakar habis.. seorang isteri dan dua anak tuanku Nareh mati dalam pertempuran.. Seorang isteri dan dua orang anak kecil dan seorang bayi ditahan Belanda dibawa ke Padang dan dipenjarakan.. Karena seluruh nagari dibakar habis, penduduk Nareh diungsikan membentuk perkampungan baru.. Belanda mengumumkan barang siapa membawa kepala tuanku Nareh hidup atau mati akan diberi hadiah Rp 1000 gulden.. Enam bulan kemudian 1832 Belanda pengumuman memberi ampunan kepada Tuanku Nan Cadiak, jika  melaporkan diri ke Padang, isteri dan anaknya akan diserahkan kepadanya, dia akan diberi rumah kediaman dan akan diberi gaji.. Perangkap Belanda mengena tuangku Nareh menyerahkan diri, isteri dan anaknya diserahkan kepadanya dia diberi rumah kediaman dan diberi gaji.. Lk setahun kemudian tuanku Nareh dituduh mempunyai hubungan dengan kaum Paderi, dia dibuang ke Jawa bersama anak dan isterinya.. Tidak ada beritanya lagi sesudah itu..
Sumber : Minangkabau Darul Qarar : karya H.Asbir. Dt Rajo Mangkuto 
loading...

No comments