Header Ads

Kerajaan Swarnabumi Bepusat di Pagaruyung

loading...
loading...
 




Kerajaan Pagaruyung disebut juga Kerajaan Pulau Emas, atau juga Kerajaan Pulau Perca. Nama ini sesuai dengan nama pulau dimana pusat kerajaan ini berada. Secara resmi "Swarnabhumi" atau "Swarnadwipa"
seperti nama pulau yang berarti "Bumi Emas", "Tanah Emas" atau  "Pulau Emas". Nama lain dalam erti yang sama adalah "Kenaka Medini". Kerajaan ini pada mulanya diawali oleh Kerajaan Sriwijaya, Wangsa Syailendra, keturunan dari Pangeran Sriwijaya yang menjadi cikal bakal Raja-Raja Mataram yakni Dapunta Syailendra bernama BALAPUTERA DEWA, yang memindahkan ibukota Sriwijaya dari "wijaya" ( Palembang sekarang ) ke Jambi. Jika Sriwijaya didalam kitab-kitab raja-raja Cina di sebut "Che Li Fo-che" atau "Shih Li Fo-Shih" dengan Ibukota "Fo-shih" atau "Fo-che", maka Swarnabhumi dikenal dengan nama "San Fo Tsi" dengan Ibukotanya di "Chan Pi" atau "Can Pee".




Pada masa kejayaan Sriwijaya, kerajaan Melayu yang berpusat di Bandar Melayu  kemudiannya di kenal sebagai "Melayu Tepi Air" dan selepas itu  disebut pula sebagai JAMBI,  wilayahnya dijadikan sebagian dari kerajaan yang berpusat di Wijaya itu. Para Pangeran Melayu pada masa itu yakni pada abad ke 7 menyingkir ke bahagian hulu Batang Hari dan mendirikan kota Malayapura atau Melayu Kampung Dalam, dalam lingkungan Rantau Tiga Laras ( Tribuana ) atau Darmasyraya. Pada abad ke 11 , Kerajaan Swarnabhumi / Syailendra di kuasai Culawangsa dari Kerajaan Cola di semenanjung Dekan (India). Namun, kerajaan Swarnabhumi tetap merupakan kerajaan yang berdiri sendiri. Pada permulaan abad ke 12 Wangsa Malayapura ( bangsawan Melayu dari Melayu Kampung Dalam Rantau Tiga Laras, Minangkabau Tenggara dari keturunan bangsawan Melayu yang menyingkir abad ke 7 ) bangkit dengan pimpinan Maharaja Suryanarayana dan berhasil mengusir Culawangsa. Raja ini menyatakan diri sebagai Maharaja dari Swarnabhumi. Pada masa itu mulailah kerajaan Swarnabhumi Malayapura ini dengan Ibukotanya di Malayapura dekat Siguntur Pulaupunjung di Minangkabau Tenggara. Hubungan ke luar negeri  di lakukan dari Jambi yang sekaligus juga menjadi pangkalan utama tentera laut.



Pada tahun 1364 naik takhta pada kerajaan Swarnabhumi ini seorang  pangeran Melayu yang dididik di Majapahit yakni Maharaja Sang Adityawarman. Baginda ini pernah menjadi wredha Mantri ( Mentri Tua ) yang di sebut juga sebagai Praudhatara pada pemerintahan kerajaan Majapahit ( Wilwatikta atau Jawabumi ) dengan gelar Sang Aria Dewa Raja. Secara peribadi, di Majapahit baginda dikenal dengan nama Mpu Aditya atau juga Tuan Wuruju, yang berarti Tuan Bungsu. Ibu kecil Adityawarman bernama Dara Petak menjadi "Tuheng Stri" ( Permaisuri Utama ) Kerajaan Majapahit semasa pemerintahan Raja Kertarajasa Jayawardana. Kakak sepupu Baginda dipihak Ibu yakni Prabu Jayanagara menjadi Raja di Majapahit mengantikan ayahnya. Maharaja Adityawarman pernah pada tahun 1346 menerima seorang pengeliling dunia dari Arab Maghribi ( Afrika Utara ) bernama Ibnu Batutah di Bandar Jambi. Pada tahun 1347, Adityawarman memindahkan ibukota dari Malayapura Darmasyraya ke Pagaruyung. Mula-mula di Ulak Tanjung Bunga, kemudian mendirikan perkampungan Malayapura dan Istana di Pagaruyung dan tempat persidangan bernama "Balai Gudam". Istana ini kemudiannya di pindahkan ke Balai Janggo oleh Yang Dipertuan Bakilap Alam dan di beri nama "Istano Si Linduang Bulan" pertanda dimulainya perhitungan tahun menurut Islam.

Maharaja Adityawarman merangkul dua orang raja lainnya untuk sama-sama memerintah di Kerajaan Swarnabhumi Malayapura yang berpusat di Pagaruyung. Wangsa Syailendra sejak kekuasaan Culawangsa pada abad ke 11 memindahkan kedudukan ke Minangkabau Timur dan mendirikan kota Swarnapura (Kota Emas) yang di lafazkan oleh penduduk "luar" sebagai "Swanpur" dan orang Melayu melafazkan kata ini pula menjadi "Sumpur". Raja di Sumpur ini di nobatkan menjadi  Raja Agama pada kerajaan Swarnabhumi. Untuk itu Raja Sumpur di samping berkedudukan di Sumpur juga berkedudukan di dalam kota Pagaruyung yakni di Melayu Kampung Tengah dengan balai kerapatannya disebut "Balai Bungo Sari Manjari" yang kemudian di kenal dengan nama "Balai Bungo". Hal yang sama juga berlaku untuk Raja yang bersemayam di Bukit Batu Patah Pagaruyung.


Sebelum pindahnya ibu kota Kerajaan Swarnabhumi ke Pagaruyung, di Pagaruyung sendiri telah berpusat sebuah kerajaan lokal yakni kerajaan Pariangan atau disebut juga kerajaan Gunung Merapi. Rajanya bermula diam di Sandi Laweh, kemudian di Pariangan. Dari Pariangan pindah pula ke Dusun Tuo Limokaum. Kemudian dari sini pindah ke Bungo Setangkai ( Sungai Tarab sekarang ). Dari sini pula ke Pagaruyung yakni ke Bukit Batu Patah ini oleh Raja Adityawarman yang di nobatkan sebagai Raja Pusaka yang setelah agama Islam di sebut sebagai Raja Adat. Hal yang sama juga berlaku untuk Raja Agama menjadi Raja Ibadat. Kota Swarnapura atau dikenali dengan nama Sumpur sebagai nama tempat kedudukan Raja Ibadat nantinya mendapat tambahan kata kudus menjadi "Sumpur Kudus" ( Kota Emas yang Suci) Sedangkan Raja di Bukit Batu Patah pula, istana Baginda dipindahkan ke Melayu Ujung Kota dan balainya mendapat nama "aja ai Janggo", nama ini mengingatkan kebesaran dari Dara Jingga yakni Raja Puteri Swarnabhumi sebelumnya dan juga ibunda dari Raja Adityawarman. Raja Adityawarman sendiri dan para penggantinya di sebut "Raja Undang" dan setelah lama agama Islam disebut Raja Alam yang berkedudukan di Pagaruyung. Ketiganya adalah tiga raja dari "Tungku Tiga Sejarangan" atau "Raja Tiga Syaila" (Rajo Tigo Selo). Pada pucuk pimpinan tertinggi adalah "Duli Yang Dipertuan" dan setelah agama Islam menjadi "Daulat Yang Dipertuan". Yang istananya yang terakhir adalah Istano Si Linduang Bulan di namakan berdasarkan perhitungan tahun Syamsiyah. Raja inilah yang menyandang beberapa gelar seperti "Sri Maharaja Diraja", "Maharaja Sakti" dan lain-lain. Raja yang menyandang gelar ini adalah raja yang berkedudukan di Malayapura Pagaruyung yang juga menjadi Raja Alam. Ialah raja tertinggi di Swarnabhumi.


Sang Adityawarman di dalam kitab Tambo Alam Minangkabau di sebut "Rajo Wadityawarman" atau juga disebut "Rajo Atiatiawarman". Pada kitab "Salasilah Rajo-Rajo di Pagaruyung" ataupun Kitab "Bungka Nan Piawai" menyebut nama raja ini "Dewang Palokamo Rajo Indo Deowano" ( Dewa Hyang Parakrama Rajendra Dewana ). Kitab Pararaton menyebut nama raja ini Aji Mantrolot dengan gelar Tuan Janaka dan bernama resmi "Sri Warmadewa". Sebagaimana raja-raja sebelumnya, diantaranya Maharaja Tribuanaraja semuanya memakai nama kebesaran "Mauliwarmadewa". 
Pada prasasti-prasasti yang terdapat di Pagaruyung dan sekitarnya,  Adityawarman di sebut dengan nama resmi  di antaranya Srimat Udayaditiyawarman Pratapa Parakrama Rajendra Maulimaliwarmadewa. Baginda juga menyebut dirinya keturunan dari Dewata Indra Jati ( Indra Yang Sangat Sejati ). Baginda juga disebutkan memakai gelar "Sri Maharaja Diraja" dengan jabatan "Kenaka Medinindra" ( Indra dari Kenaka Medini, Raja dari Swarnabhumi, Raja Tanah Emas/Raja Pulau Emas ). Raja ini pada satu prasasti yang terdapat di Saruaso menyebut diri baginda sebagai seketurunan dengan Raja Puteri Majapahit Sri Rajapatni ( Gayatri ) yakni puteri Raja Singosari Prabu Kartanagara yang menjadi salah seorang permaisuri dari Raja Majapahit Kertarajasa., juga ada disebutkan keturunan Sri Lokeswara. Nama ayah baginda adalah Adwaya. Lengkapnya di sebut Ananggawarman yang tiada lain mahamantri Singosari Dyah (Pangeran) Adwayabrahma. Putera Mahkota adalah putera baginda bernama Ananggaswarman yang di dalam kitab Salasilah Raja-Raja di Pagaruyung dan Kitab "Bungka Nan Piawai" di sebut "Dewang Sanggoano" ( Dewa Hyang Sanggadewana ), didalam kitab raja-raja Cina pula di sebut "Mauli"  kerana raja ini lebih dikenal dengan nama kebesaran baginda yakni "Mauliwarmadewa".

Kerajaan Swarnabhumi - Pagaruyung di kenal di kemudian hari sebagai Kerajaan Pagaruyung, dan dari literatur lebih dikenal sebagai Kerajaan Minangkabau. Kemaharajaan Swarnabhumi - Pagaruyung mempunyai struktur kerajaan yang hampir sama dengan susunan yang ada di Kerajaan Majapahit. Tidak di ketahui kerajaan manakah yang mula memakai, kerana Adityawarman di besarkan dan dididik sedemikian lama sebelum lahirnya Majapahit dan mempunyai hubungan internasional yang luas dengan negara-negara lain bahkan dengan Singosari yang selain pendahulu Majapahit juga mempunyai struktur yang sama dengan Majapahit. Agaknya struktur ketatanegaraan itu berlaku untuk negara-negara antara bangsa di Asia dan sekitarnya dengan istilah dan sebutan berbeda, dalam artikata "serupa tapi tidak sama".

Perbedaan terdapat di antaranya, jika di Majapahit, pejabat diangkat oleh Raja atas nasehat Saptaprabu ( Majelis Raja-Raja ) berfungsi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat ( Dewan Legislatif ) kendatipun anggotanya hanya raja-raja yakni Raja Majapahit, Maharani ( Ratu ), ayah bunda raja, ayah bunda ratu dan raja-raja negara bagian adalah juga menjadi Dewan Pertimbangan Agung. Sedangkan Balai Panjang di Minangkabau anggotanya terdiri dari Basa Ampek Balai, Tampuak Tangkai, Hakim Agung, seluruh Hakim atau utusan Pengadilan, raja-raja negara bagian dan pembesar dari wilayah yang di dalam pemerintahan hanya mempunyai hubungan tidak langsung dengan pemerintahan pusat yakni wilayah "Simaharajo Nan Sambilan" terdiri dari Kotogadang Agam, Kumanih dan Kubuang Tigobaleh, serta juga raja yang mempunyai hubungan khusus dengan Pagaruyung, seperti Alam Surambi Sungai Pagu, dan Rantau Tanah Lang ( Negeri Sembilan dan lain-lain ) Lembaga ini merupakan Dewan Legislatif ( Dewan Perwakilan Rakyat ) atau pemegang tertinggi kekuasaan legislatif. Bersama Daulat Yang Dipertuan dan Rajo Tigo Selo, lembaga ini memegang kekuasaan tertinggi semacam kekuasaan yang di pegang Majelis Permusyawaratan Rakyat. Sedangkan sebagai Penasehat pula ia dipegang oleh Tampuak Tangkai ( Menteri Senior ). Khusus bagi kawasan Luak, kekuasaan besar adalah ditangan kerapatan nagari pada setiap nagari. Pada kawasan Koto Piliang, pemimpinnya adalah seorang raja Nagari dan untuk kawasan Bodi Caniago pula ia dipimpin seorang Tuo Karapatan dipilih oleh pembesar-pembesar suku adat.


Demikianlah sebagai pengantar dan pengenalan terhadap Kerajaan Pagaruyung ( kerajaan Minangkabau ). Juga dimaksudkan sebagai awal dari serial tulisan mengenai Kerajaan Minangkabau, yang kita mulai secara selayang pandang pada TIGA kerajaan yang menjadi cikal bakal dari Kerajaan Pagaruyung, yakni Kerajaan PARIANGAN, Kerajaan MELAYU atau nantinya di sebut SWARNABHUMI., SWARNAPURA dan Kerajaan SRIWIJAYA yang nantinya berlanjut dengan Swarnabhumi-Syailendra. Dari ketiga kerajaan inilah raja-raja yang menjadi RAJA ALAM (dari SWARNABHUMI - MALAYAPURA ), RAJA ADAT ( dari Kerajaan PARIANGAN ) dan RAJA IBADAT ( dari SRIWIJAYA / SWARNABHUMI - PAGARUYUNG )


                                                                  DAFTAR PUSTAKA

Oleh: A. Chaniago Hr. ( Dipetik dari jurnal PAGARUYUNG - Media Budaya Nusantara Pemersatu Bangsa
http://marisma.multiply.com/journal/item/235/Kilauan-Masa-Silam-Kerajaan-Pagaruyung-Berasal-Dari-Tiga-Kerajaan-Utama.
loading...

No comments