Header Ads

Peci Nasional Sebagai Pemersatu Bangsa, Ide HOS Cokro Aminoto (Bapak Kebangkitan Nasional)

loading...
loading...

Adalah H.O.S Tjokroaminoto yang pertama kali memperkenalkan pengenaan kopiah sebagai pengganti blangkon. 
Penampilan yang berbeda dari aktivis Sarekat Islam asal Madiun yang bermarkas di Surabaya otomatis menjadi pusat perhatian. Tak cuma dari kalangan santri di Surabaya tapi juga para priyayi. lihat detik 

"Salah satu yang terpengaruh dan mengikuti jejak Pak Tjokro itu adalah Sukarno. Sebelumnya dia mengenakan blangkon tapi kemudian menggantinya dengan kopiah seperti Tjokro. Kopiah lantas tak lagi menjadi monopoli kalangan santri tapi sudah menasional," tulis Abdul Mun'im DZ dalam buku "Fragmen Sejarah NU, Menyambung Akar Budaya Nusantara" yang diterbitkan Pustaka Compass. Kopiah biasa dikenal dengan sebutan peci.

juga dikutip dari repbulika, dalam peci sebagai lambang pergerakan Nasional
Soekarno mengikuti penggunaan kopiah dari pemimpin Sarekat Islam (SI) HOS Tjokroaminoto, orang yang dianggap guru dan tokoh idolanya

Dalam perkembangannya hingga sekarang, menurut Mun'im, kopiah menjadi identitas nasional yang dikenakan oleh segenap warga bangsanya. Tak cuma kalangan muslim tapi nonmuslim pun wajib mengenakannya di acara-acara resmi yang membawa simbol kebangsaan. "Dulu para atlet olah raga yang akan bertanding di luar negeri itu pasti memakai kopiah. Sayang, di era reformasi kesadaran itu justru meluntur. Kopiah tak lagi menjadi simbol dalam acara resmi," tulis alumnus IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta itu. 

juga dikutip dari heri-lah blogspot

Perhatikan pula cara berpakaian beliau. Pada masa itu cara berpakaian memeperlihatkan setiap kelas dalam masyarakat. Sarung adalah pakaian kaum santri yang termasuk dalam kelas inlander, beskap dan kain panjang adalah pakaian untuk kaum priyayi, sedangkan dasi dan jas adalah pakaian untuk bangsa eropa. Marhum jang oetama lebih sering mengenakan beskap yang dipadu dengan kain sarung dimana untuk tutup kepalanya beliau mengenakan peci (beliau tidak pernah lepas dari tutup kepala-pen). Lain waktu dikala harus hadir dalam pertemuan dengan kalangan penguasa (seperti dalam volksraad) beliau mengenakan dasi namun tutup kepalanya blangkon. Alm Moh Roem menyebut cara berpakaian beliau sebagai revolusioner. Demikianlah cara berpakaian beliaupun mempertunjukkan kecintaan beliau pada rakyat dan negera tumpah darah Indonesia. 

Wallahu 'Alam bissawab.
loading...

No comments